Tentramkan Hidupmu dengan Ikhlas
Oleh: Admin on 14/09/2015
Apakah hidup anda sesak, hidup anda dipenuhi dengan kekecewaan, iri, dengki dan sakit hati ?

Sebagai manusia tentunya setiap orang melakukan kegiatan dan amalan setiap harinya, dan dalam kegiatan sehari hari tentu tidak akan lepas dari berhubungan atau berinteraksi dengan manusia dalam kegiatan kita, baik dalam lingkup keluarga pekerjaan, lingkup lingkungan atau tetangga, dll.

Kadang dalam interaksi dalam kegiatan-kegiatan tersebut kita mendapatkan ketersinggungan dengan beragam  manusia. maka kalau anda merasa mudah tersinggung dan marah, atau iri dan dengki dengan orang lain, maka periksa kembali niatan yang ada di dalam hati kita masing-masing.



Sebagai seorang muslim sudah sepantasnya jika sebisa mungkin kita meniatkan segala kegiatan, seperti sholat, zakat, haji, bekerja, berdakwah, bergotong royong di kampung, kita niatkan untuk ibadah. Untuk mendapat Kebahagiaan yang KEKAL di Akhirat, bukan dunia yang singkat dengan kenikmatan penuh cela. karena Allah Berfirman: “Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang Usahanya dibalasi dengan baik.” (Al-Isra`: 19).

Agar amal kegiatan kita bernilai dan dicatat sebagai ibadah maka hal yang harus ada adalah Niatan yang Ikhlas untuk Allah taala.
Allah ta`ala berfirman tentang ikhlas dalam ibadah :
Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dalam keadaan mengikhlaskan agama bagi-Nya. (Al Bayyinah : 5) dan
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Amalan-amalan itu hanyalah tergantung dengan niatnya. Dan setiap orang hanyalah mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Maka siapa yang amalan hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia peroleh atau karena wanita yang ingin ia nikahi maka hijrahnya itu kepada apa yang dia tujukan/niatkan".
 

Kembali lagi kepada perasaan Sakit Hati tadi, misalkan anda Suami yang bekerja, anda sudah bekerja dengan tepat waktu dan sebaik mungkin, tiba-tiba rekan kerja anda ada yang menuduh dan menjatuhkan anda dengan mencela hasil kerjaan anda. maka kalau ada kejadian seperti ini dan sudah mulai timbul kemarahan dari diri anda maka LIHAT KEMBALI NIATAN ANDA... Apa niatan anda dalam bekerja?? untuk mencari ridho Manusia atau Mencari Ridho Allah dengan bekerja mencukupi kebutuhan Keluarga?? Kalau anda ikhlas untuk Allah maka anda tidak akan peduli, tidak akan sakit hati dengan tuduhan tersebut. Hadapi dengan kepala dingin toh Selama ini kita sudah bekerja dengan seAMANAH mungkin.

Misal lagi untuk muamalah dalam lingkup suami istri, Istri pagi sudah bangun pagi untuk masak, suami habis subuh tidur lagi. setelah selesai masak bangunin suami untuk makan. Tiba-tiba sang suami bilang: "Aku gak mau makan, Sayurnya nggak enak!". Gimana perasaan istri tergantung NIATANnya dari pertama kali masak... UNTUK APA ANDA MEMASAK?? untuk mencari ridho suami atau mencari ridho Allah dengan menjalankan kewajiban dari seorang istri?? Kalo istri tersebut ikhlas maka tidak tidak perlu dia marah, sakit hati, toh dia sudah berusaha sebaik mungkin untuk memasak, tinggal diperbaiki dan disesuaikan dengan selera suami. dalam keadaan tenang, tanpa Sakit hati bahkan Marah.

Contoh lagi Konsep Keikhlasan dalam Lingkup dakwah, misal kita sebagai panitia pengajian yang dulu jadi ketua seksi acara dipindah oleh ketua menjadi seksi keamanan atau parkir, karena ada orang yang lebih baik di posisi tersebut, maka tanpa konsep keikhlasan orang ini akan sakit hati, dengki bahkan Ngambek untuk keluar dari kepanitiaan Kajian Islam. Padahal Berdakwah adalah salah satu ibadah yang sangat mulia. maka kembali dalam situasi seperti ini maka Tanyakan pada diri anda UNTUK APA ANDA IKUT TAAWUN (Kerja Sama) DALAM DAKWAH?? Apakah untuk mencari Pujian manusia, untuk mencari Kedudukan Atau Ikhlas Untuk mencari Ridho dan Pahala dari Allah di Surga?? kalau dia ikhlas maka dia tidak akan kecewa dengan turunnya kedudukan di sistem kepanitiaan. Dimanapun posisi dia dia akan ikhlas menjalankan tugas dengan semangat, dengan mengharap ridho Allah semata.

Maka KESIMPULANNYA:
Ketika melakukan sesuatu untuk manusia, jangan mengharapkan ucapan terima kasih ataupun balasan dari mereka namun berharaplah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga engkau tidak peduli mereka mau berterima kasih atau tidak dengan apa yang telah engkau lakukan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala tentang ucapan hamba-hamba-Nya yang khusus:
إِنَّماَ نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لاَ نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزآءً وَلاَ شُكُوْراً
“Kami memberi makan kepada kalian hanyalah karena mengharap wajah Allah, kami tidak menginginkan dari kalian balasan dan tidak pula ucapan terima kasih.” (Al-Insan: 9)
Demikian beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan hidup.

Sebagai akhir teruntai doa kepada Rabbul ‘Izzah :
“Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang agama ini merupakan penjagaan perkaraku, dan perbaikilah bagiku duniaku yang aku hidup di dalamnya, dan perbaikilah bagiku akhiratku yang merupakan tempat kembaliku, dan jadikanlah hidup ini sebagai tambahan bagiku dalam seluruh kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari seluruh kejelekan.” (HR. Muslim)
Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.

 


2 komentar:

 
Copyright © 2013.SeoWaps SEO Tutorial. Powered by Blogger
Top