Al-Awwal dan
Al-Akhir
Penulis: Al-Ustadz Qomar ZA, Lc
Di antara
Al-Asma`ul Husna (namanama Allah yang sangat baik) adalah Al-Awwal (ْلأَوَّلُ)
dan Al-Akhir (اْلآخِرُ) sebagaimana termaktub dalam firman Allah berikut
ini:
هُوَ اْلأَوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيْمٌ
"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang
Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hadid: 3) Sebagaimana
disebutkan pula dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sekaligus
keterangan beliau tentang maknanya, berikut ini: Suhail mengatakan: "Dahulu
Abu Shalih memerintahkan kami apabila seseorang di antara kami hendak tidur agar
berbaring di atas sisi kanannya, lalu mengucapkan:
اللَّهُمَّ رَبَّ
السَّمَاوَاتِ وَرَبَّ اْلأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ رَبَّنَا وَرَبَّ
كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةَ
وَاْلإِنْجِيْلَ وَالْفُرْقَانَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ
آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، اللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ
وَأَنْتَ اْلآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ
شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ
وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ
"Ya Allah Rabb sekalian langit dan bumi dan
Rabb 'Arsy yang agung Rabb kami dan Rabb segala sesuatu, Allah yang menumbuhkan
butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Yang menurunkan Taurat, Injil dan
Al-Qur`an, Aku berlindung dari kejahatan segala sesuatu yang Engkaulah yang
menguasai ubun-ubunnya. Ya Allah engkaulah Al-Awwal yang tiada sesuatu
sebelum-Mu, dan engkaulah Al-Akhir yang tiada sesuatu setelah-Mu, Engkaulah Yang
Zhahir Yang tiada sesuatu di atas-Mu dan engkau Al-Bathin, tiada yang lebih
dekat dari-Mu sesuatupun, lunasilah hutang kami dan cukupilah kami dari
kefakiran." Dan Abu Shalih meriwayatkan ini dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Shahih, HR. Muslim no. 2713)
Makna Al-Awwal adalah Dzat yang tiada sesuatu sebelum-Nya,sehingga nama ini
menunjukkan kedahuluan Allah. Dan kedahuluan Allah itu bersifat mutlak bukan
kedahuluan yang relatif (nisbi), semacam bila dikatakan: Ini lebih awal
dibanding yang setelahnya, dan ada yang lain sebelumnya. Sehingga nama Allah
Al-Awwal menunjukkan bahwa segala sesuatu selain-Nya baru ada setelah sebelumnya
tiada. Hal ini menuntut seorang hamba agar memerhatikan keutamaan Rabbnya
dalam setiap nikmat, baik berupa nikmat agama ataupun dunia, di mana sebab dan
musababnya berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makna Al-Akhir adalah Dzat
yang tiada sesuatu setelah-Nya. Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala ini menunjukkan
keabadian-Nya dan kekekalan-Nya. Dan ini menunjukkan bahwa Dia merupakan tujuan
dan tempat bergantung yang seluruh makhluk menuju kepada-Nya dengan ibadah,
harapan, rasa takut dan seluruh keperluan mereka. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin
rahimahullahu mengatakan: "Dan janganlah dipahami bahwa ini menunjukkan
batasakhir-Nya. Ka rena ada juga hal-hal yang abadi (lainnya) namun berupa
makhluk, seperti al-jannah (surga) dan an-nar (neraka). Atas dasar itu, maka
Al-Akhir mengandung makna bahwa Ia meliputi segala sesuatu, tiada kesudahan bagi
keakhiran-Nya. Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di mengatakan: “Perhatikanlah
makna-makna yang agung ini yang menunjukkan keesaan Rabb Yang Maha Agung dalam
hal kesempurnaan dan liputan-Nya yang mutlak. Baik yang berkaitan dengan liputan
waktu, yaitu pada nama-Nya Al-Awwal dan Al-Akhir, maupun yang berkaitan dengan
tempat yaitu pada nama-Nya Azh-Zhahir dan Al-Bathin. Ibnul Qayyim
menjelaskan: Keawalan Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahului keawalan segala
sesuatu dan keakhiran-Nya tetap setelah keakhiran segala sesuatu. Sehingga makna
keawalan-Nya adalah kedahuluan-Nya atas segala sesuatu, dan makna keakhiran-Nya
adalah kekekalan-Nya setelah segala sesuatu… Poros empat nama ini adalah pada
makna liputan, yaitu dua liputan, yang berkaitan dengan waktu dan tempat… Maka
segala yang mendahului, itu berakhir pada kedahuluan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
dan segala yang berakhir maka kembali kepada keakhiran Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Sehingga dua nama tersebut meliputi segala sesuatu yang awal dan
akhir... Tiada sesuatu yang awal melainkan Allah mendahuluinya dan tiada sesuatu
yang akhir melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala setelahnya. Sehingga Al-Awwal
artinya kedahuluan-Nya dan Al-Akhir artinya keabadian-Nya….” (Thariqul Hijratain
hal. 27)
Konsekuensi Keimanan Hamba Terhadap Nama Al-Awwal dan
Al-Akhir Pada jiwa seseorang, dua nama tersebut akan menimbulkan pengaruh
sebagaimana yang dikatakan Ibnul Qayyim rahimahullahu: “Manakala seorang hamba
mengimani nama tersebut, maka perhatikanlah buah ibadah dari dua nama ini dan
bagaimana keduanya mengharuskan pasrah yang sempurna kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala semata, serta membuahkan rasa butuh yang terus menerus kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala tanpa selain-Nya, dan bahwa semua urusan bermula dari-Nya
dan kembali kepada-Nya….” (Thariqul Hijratain, hal. 20)
Sumber
Bacaan: - Shifatullah Al-Waridah fil Kitabi was Sunnah - Syarh
Al-Wasithiyyah, karya Ibnu ‘Utsaimin - Syarh Al-Wasithiyyah, karya Muhammad
Al-Harras - Syarh An-Nuniyyah, karya Muhammad Al-Harras - Thariqul
Hijratain, karya Ibnul Qayyim, -
dll. http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=431
|
0 komentar:
Posting Komentar