Di Balik Makar Khawarij dan Syi’ah, Merunut
Aksi-aksi Jahat Yahudi
Penulis: Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin
“Nenek moyang” Mossad (badan intelijen Yahudi)
sesungguhnya sudah ada sejak zaman sahabat. Melalui provokasi agen Yahudi
bernama Abdullah bin Saba`, lahirlah demonstrasi pertama dalam Islam berikut
aksi teror yang berujung dengan wafatnya Khalifah ‘Utsman radhiyallahu 'anhu.
Maka siapa pun yang menumbuhsuburkan demonstrasi menentang pemerintah Islam dan
aksi-aksi terorisme, selain menebar fitnah atas kaum muslimin, ia juga tengah
mempraktikkan cara-cara Yahudi dalam mengoyak persatuan umat. Dalam lintasan sejarah, nama Abdullah bin Saba` sudah tak
begitu asing didengar telinga kaum muslimin. Kiprahnya dalam tubuh umat ini telah menjadi
bagian kelam sejarah umat Islam. Aksi-aksinya yang sedemikian jijik dan kotor
telah menjerembabkan sebagian umat ke jurang kenistaan. Abdullah bin Saba`
adalah seorang Yahudi penduduk Shana’a, Yaman. Ibunya bernama Sauda` sehingga
sering dia disebut dengan Ibnu Sauda`. Secara lahiriah, di hadapan kaum
muslimin, dia menampilkan diri sebagai seorang yang bersosok keislaman. Namun
senyatanya, apa yang meluncur dari lisan dan perbuatannya tak lebih dari
seonggok kebid'ahan. (Lihat Taudhihu An-Naba` ‘an Mu`assis Asy-Syi’ah Abdillah
bin Saba` baina Aqlam Ahli As-Sunnah wa Asy-Syi'ah wa Ghairihim, Abil Hasan Ali
bin Ahmad bin Hasan Ar-Razihi, hal. 37)
Terjadinya gerakan demonstrasi
besar-besaran dalam sejarah Islam, tiada lain didalangi Abdullah bin Saba`,
seorang Yahudi yang menyimpan bara dendam terhadap kaum muslimin. Apa yang telah
dilakukannya lantas menyuburkan pemahaman Khawarij pada sebagian kaum muslimin
di masa kekhalifahan ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu. Melalui aksi
provokasinya, sebagian umat terpancing untuk melakukan aksi demonstrasi
menentang ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu yang berakhir dengan terbunuhnya
beliau. Asy-Syaikh Muhammad bin Abdulwahhab dalam Mukhtashar Sirah Ar-Rasul
Shallallahu ‘alaihi wa sallam (hal. 218) menyebutkan, pada tahun ke-35 H,
sebagian penduduk Mesir dan yang sepaham dengan mereka, melakukan gerakan
menentang terhadap pemerintahan ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu. Adapun
sumber fitnah dari semua itu adalah Abdullah bin Saba`, seorang Yahudi dari
Shana’a. Secara zhahir dia menampakkan keislaman, namun dalam dirinya
tersembunyi api dendam dan kekufuran. Hidupnya senantiasa berpindah dari satu
negeri ke negeri lainnya dalam upaya menyebarkan dan menyusupkan
pemahaman-pemahaman sesatnya, sehingga menyesatkan sebagian kaum muslimin. Dia
selalu berpindah dari Hijaz, Bashrah, Kufah, dan Syam. Ketika dia tak
berhasil dengan apa yang menjadi tergetnya di negeri-negeri tersebut, lantas
Abdullah bin Saba` hengkang menuju Mesir. Di negeri inilah dia bisa menyemai
pemahaman-pemahaman sesatnya dan berhasil mengelabui sebagian umat sehingga
terprovokasi. Ibnu Sauda` lantas melakukan gerakan propaganda anti ‘Utsman bin
‘Affan radhiyallahu 'anhu. Masyarakat dihasut agar menentang pemerintah. Fitnah
dan api kebencian terhadap pemerintah disebar. Mendorong umat untuk menentang
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Sehingga terjadilah musibah besar
dengan pengepungan terhadap ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu. Akhir dari
peristiwa pengepungan tersebut, adalah terbunuhnya ‘Utsman bin ‘Affan
radhiyallahu 'anhu kala membaca Al-Qur`an. Semua ini dilakukan oleh kalangan
Khawarij yang dipicu pemikiran dan aksi jahat sang Yahudi, Abdullah bin
Saba`. Inilah aksi terorisme terjahat yang dilakukan kelompok Khawarij pada
kurun keemasan Islam. Aksi terorisme yang mereka lakukan didalangi seorang agen
Yahudi berwajah Islam. Kelihaian agen Yahudi satu ini dalam melakukan infiltrasi
ke dalam tubuh umat, menjadikan sebagian kaum muslimin terseret pada
tindakan-tindakan terorisme menjijikkan. Berawal dari sinilah pintu-pintu
fitnah terbuka luas. Kaum muslimin diselimuti kabut kelam. Api fitnah tak
kunjung memadam, terlebih manuver Abdullah bin Saba` senantiasa meruyak di tubuh
umat. Yahudi asal Shana’a ini terus meniupkan racunnya ke dalam tubuh kaum
muslimin. Satu di antara sekian banyak racun yang telah ditebar di tubuh umat,
yaitu membangkitkan fanatisme buta terhadap keimamahan ‘Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu 'anhu. Lalu bergulir menjadi sebuah aqidah (keyakinan) di kalangan
Saba`iyah (para pengikut Abdullah bin Saba`), bahwa keimamahan yang pertama
dipegang oleh ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu dan berakhir pada Muhammad
bin Al-Husain Al-Mahdi. Inilah keyakinan di kalangan Syi’ah yang merupakan
keyakinan sesat. Kalangan Syiah meyakini hal itu sebagai bentuk aqidatu
ar-raj’ah. (‘Aqa`idu Asy-Syi’ah, Asy-Syaikh Mahmud Abdulhamid Al-’Asqalani, hal
21) Keyakinan terhadap keimamahan ini lahir dari bentuk dendam kesumat
Abdullah bin Saba` terhadap Ahlu Sunnah wal Jamaah. Dendam ini hingga kini terus
ditumbuhsuburkan oleh para pengikutnya dari kalangan Syi’ah Rafidhah. Karenanya,
adalah sebuah kedustaan bila orang-orang Syi’ah dewasa ini bisa mengambil sikap
permusuhan yang keras terhadap Yahudi. Bagaimana pun Syi’ah dan pemahamannya
tidak akan bisa dilepaskan dari Yahudi. Becerminlah dari sejarah, wahai
orang-orang yang berakal. Wallahu
a’lam.
http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=487
|
0 komentar:
Posting Komentar