"Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah
bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera
dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi
agar awet."
”Maka pada hari ini kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus: 92).
Suatu hari di pertengahan tahun 1975, sebuah tawaran dari pemerintah
Prancis datang kepada pemerintah Mesir. Negara Eropa tersebut menawarkan
bantuan untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun.
Tawaran tersebut disambut baik oleh Mesir. Setelah mendapat restu dari
pemerintah Mesir, mumi Firaun tersebut kemudian digotong ke Prancis.
Bahkan, pihak Prancis membuat pesta penyambutan kedatangan mumi Firaun
dengan pesta yang sangat meriah.
Mumi itu pun dibawa ke ruang
khusus di Pusat Purbakala Prancis, yang selanjutnya dilakukan penelitian
sekaligus mengungkap rahasia di baliknya oleh para ilmuwan terkemuka
dan para pakar dokter bedah dan otopsi di Prancis. Pemimpin ahli bedah
sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi ini adalah Prof
Dr Maurice Bucaille.
Bucaille adalah ahli bedah kenamaan Prancis
dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan
di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Bucaille memulai kariernya
di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli gastroenterology. Dan, pada
1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga oleh Raja Faisal dari Arab
Saudi.
Ketertarikan
Bucaille terhadap Islam mulai muncul ketika secara intens dia mendalami
kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa doktrin agama.
Karenanya, ketika datang kesempatan kepada Bucaille untuk meneliti,
mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun, ia mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk menguak misteri di balik penyebab kematian sang raja
Mesir kuno tersebut.
Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat
mengejutkan! Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah
bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera
dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi
agar awet.
Penemuan tersebut masih menyisakan sebuah pertanyaan
dalam kepala sang profesor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik
dari jasad-jasad yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?
Terkait dengan
laporan akhir yang disusunnya, salah seorang di antara rekannya
membisikkan sesuatu di telinganya seraya berkata: ”Jangan tergesa-gesa
karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya
mumi ini”. Bucaille awalnya mengingkari kabar ini dengan keras sekaligus
menganggapnya mustahil.
Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti
ini tidak mungkin diketahui kecuali dengan perkembangan ilmu modern,
melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat.
Hingga salah
seorang di antara mereka berkata bahwa Alquran yang diyakini umat Islam
telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Firaun dan kemudian
diselamatkannya mayatnya.
Ungkapan itu makin membingungkan
Bucaille. Lalu, dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin
hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar
tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Ia
duduk semalaman memandang mayat Firaun dan terus memikirkan hal
tersebut. Ucapan rekannya masih terngiang-ngiang dibenaknya, bahwa
Alquran–kitab suci umat Islam–telah membicarakan kisah Firaun yang
jasadnya diselamatkan dari kehancuran sejak ribuan tahun lalu.
Sementara
itu, dalam kitab suci agama lain, hanya membicarakan tenggelamnya
Firaun di tengah lautan saat mengejar Musa, dan tidak membicarakan
tentang mayat Firaun. Bucaille pun makin bingung dan terus memikirkan
hal itu.
Ia berkata pada dirinya sendiri. ”Apakah masuk akal mumi
di depanku ini adalah Firaun yang akan menangkap Musa? Apakah masuk
akal, Muhammad mengetahui hal itu, padahal kejadiannya ada sebelum
Alquran diturunkan?”
Prof Bucaille tidak bisa tidur, dia meminta
untuk didatangkan Kitab Taurat (Perjanjian Lama). Diapun membaca Taurat
yang menceritakan: ”Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta,
pasukan berkuda, dan seluruh tentara Firaun yang masuk ke dalam laut di
belakang mereka, tidak tertinggal satu pun di antara mereka”.
Kemudian
dia membandingkan dengan Injil. Ternyata, Injil juga tidak membicarakan
tentang diselamatkannya jasad Firaun dan masih tetap utuh. Karena itu,
ia semakin bingung.
Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk
pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang
kehidupan Musa, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya pada
Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari
laut.
Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim
tersebut seraya membuka mushaf Alquran dan membacakan untuk Bucaille
firman Allah SWT yang artinya: ”Maka pada hari ini kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus: 92).
Ayat ini sangat
menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk
akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu
membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru
dengan lantang: ”Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran
ini”.
Ia pun kembali ke Prancis dengan wajah baru, berbeda dengan
wajah pada saat dia pergi dulu. Sejak memeluk Islam, ia menghabiskan
waktunya untuk meneliti tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan
penemuan-penemuan modern dengan Alquran, serta mencari satu pertentangan
ilmiah yang dibicarakan Alquran.
Semua hasil penelitiannya
tersebut kemudian ia bukukan dengan judul Bibel, Alquran dan Ilmu
Pengetahuan Modern, judul asli dalam bahasa Prancis, La Bible, le Coran
et la Science. Buku yang dirilis tahun 1976 ini menjadi best-seller
internasional (laris) di dunia Muslim dan telah diterjemahkan ke hampir
semua bahasa utama umat Muslim di dunia.
Karyanya ini menerangkan
bahwa Alquran sangat konsisten dengan ilmu pengetahuan dan sains,
sedangkan Al-Kitab atau Bibel tidak demikian. Bucaille dalam bukunya
mengkritik Bibel yang ia anggap tidak konsisten dan penurunannya
diragukan.
Maka Semua Fakta dari Penelitian ini menunjukkan Keberadaan Allah, Robbul Alamin, Pencipta dan Penguasa Seluruh Alam yang Mampu untuk Membelah Laut yang kemudian Menenggelamkan Firaun yang mengaku dirinya sebagai tuhan. Hasil Penelitian ini juga membuktikan Kebenaran Bahwa Nabi Muhammad Bener-benar utusan Allah yang Allah Beri kabar tentang Diselamatkannya Jasad Firaun. padahal itu terjadi jauh sebelum jaman Beliau, Sekaligus membuktikan bahwa Al Quran benar-benar kitab Suci dari Allah Penguasa Pemilik dan Pengatur Alam Semesta karena kejadian diselamatkannya Jasad Firaun yang terjadi beribu-ribu tahun lalu dan baru diketahui di akhir-akhir ini, sudah ada di dalam al quran yang merupakan Kabar dari Allah kepada Nabi Muhammad yang tidak bisa membaca, maka tidak mungkin beliau membaca dari sumber lain kecuali ini semua Wahyu dari Allah.
Semoga ini dapat memperkuat keimanan kita. Amiin.
Home
»
Keyakinan atau Aqidah
»
Kisah
» Penelitian Tentang Mumi Firaun Telah Membuktikan Kebenaran Islam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
dan nggak kusangka mayat fir aunpun Alloh hidupkan dalam perjalanan hidupku yang saat romadhon kutemui,orang yang hatinya ikut aku sholat,ikut aku do a,tapi jasatnya sangat melampui batas,bahkan tubuhnya sudah seperti manusia ahlineraka yang kurus kerontang sekalipun ia bermegah harta,itulah kesombongan jasat,semoga Alloh jaga kita dari sifat sombong akan kebenaran,amien
BalasHapusamin
Hapus